Jumat, 21 Desember 2012

Penghargaan Presiden Terhadap Sutera Wajo


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFC7qbM8GuUG5I_PG-kwinljcJFAnzuAlKeNL7N6BTjsotShaCAj23INJOKkG07c64Y2wQsCmhh0rX-3-WfmqHCYjVTQ3YhaLOThkZePo_kQgWwKLNhfe3dxe-Q861eFEw51cYT8BC4tQ/s1600/Sutera-Wajo.jpg

Dua pengusaha sutra asal Kabupaten Wajo kembali meraih penghargaan bergengsi dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka adalah Suardi, pemilik Salfa Silk dan H. Bahar, pemilik Sutra Indah. 

Suardi yang beralamat di Kecamatan Tanasitolo, menerima penghargaan Upakarti Jasa Kepeloporan. Adapun Bahar menerima penghargaan Prima Mutu.

Penghargaan tersebut melalui Gugus Pengendali Mutu Kementerian Perindustrian RI. Sebelumnya, tahun 2010 lalu, dua pengusaha Wajo juga mendapat penghargaan yang sama di bidang persutraan. Rencananya, penghargaan tersebut akan diterima langsung kedua pengusaha tersebut di Istana Merdeka pada Jumat 7 Desember.

Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian, Andi Ampa Passamula, Kamis 6 Desember kemarin kepada FAJAR, mengatakan penghargaan tersebut merupakan penghargaan tertinggi di bidang industri sutra yang dinilai dari segi kemitraan dan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja.

Untuk penghargaan yang diperoleh Salfah Silk menjadi motivasi bagaimana pengusaha di bidang ini bisa memperbanyak tenaga kerja atau memberdayakan tenaga kerja. Untuk  Sutra Indah, merupakan pengrajin bergerak di bidang pertenunan dan peduli terhadap kendala-kendala yang dihadapi para pengrajin.

Permintaan pasar  untuk industri sutra di Kabupaten Wajo mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu alasan sutra tumbuh dan berkembang di daerah ini mengingat peminat kain sutra bukan hanya di kalangan wanita, melainkan kalangan pria pun gemar menggunakan bahan sutra. Bukan hanya untuk pakaian, melainkan juga sepatu, tas dan aksesoris lainnya.

Hampir di setiap perhelatan acara-acara adat, baik acara pengantin maupun pesta adat lainnya masih didominasi oleh bahan sutra. Tak heran jika permintaan pasar sangat tinggi meskipun harga bahan yang terbuat dari sutra cukup tinggi. Saat ini, pemasaran produk sutra ini sudah merambah hingga pasar internasional, seperti Belanda, Korea, Singapura, dan Malaysia.

Andi Ampa Passamula menambahkan,   saat ini produksi kain sutra di Wajo hanya mencapai 1.800 meter per tahun, sementara permintaan di pasaran terus meningkat, sehingga Pemkab menarget pada 2013, produksi harus mencapai 2.300 meter per tahun. Itu dukung oleh bantuan dari dua BUMN, yakni BNI dan Askes yang memberikan bantuan dana bergulir.

"Kita upayakan Dinas akan kerja sama dengan pengusaha, ada pemintalan yang diupayakan oleh pengusaha, supaya tingkat kesulitan benang bisa diatasi," tandasnya.

Hal senada diungkap Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru. Menurut Bupati,  Pemkab akan terus mengupayakan pembinaan bagi para kelompok pengrajin sutra yang ada di setiap kecamatan. Misalnya,  menggandeng beberapa lembaga perbankan antara lain BNI dalam melakukan pembinaan permodalan bagi para pengrajin sutra tersebut.

"Salah satunya, upaya dari BNI dengan membuat perkampungan sutra di daerah Pakkanna, Kecamatan Tanasitolo," kata Bupati.

0 komentar:

Posting Komentar